A LUTA CONTINUA!

Proclamação da RENETIL 20 de Junho de 1988
RESISTENCIA NACIONAL DOS ESTUDANTES DE TIMOR LESTE
Kria Sociedade nebe kritika, civika no soberana Formasaun Cidadania Hametin instituisaun estadu Kontrola no promove desenvolvimentu social

20 Junho 1988
Fundadores
Kongreso
Historia Congresso Estrutura Document
Hilmar Farid
“Renetil bagi saya bukan sekedar organisai, tapi dia adalah sebuah komitment, dia adalah sebuah senar" - HILMAR FARID (Gerakan Solidaritas untuk Timor).
Fernando La Sama
"prepara elementus profisionais ho konsiensia revolusionaria para rekonstrusaun nasional. Revolusionario ho sentidu katak anti korupsaun, anti nepotismo, anti buat ida dehan katak KKN, servi lolos povu tuir saida mak povu nia hakarak" (AMRT - Arquivo & Museu da Resistência Timorense)
Fernando Lasama Miguel Manetelu Jose Neves Samalarua Francisco JMB Belo

quarta-feira, 9 de junho de 2010

Mentan Timor Leste Harapkan IPB Teliti Ekowisata

Jumat, 28 Mei 2010 19:21 WIB Ekonomi & Bisnis Bisnis
-
Bogor (ANTARA News) - Menteri Pertanian dan Kehutanan Timor Leste Ir Mariano Assanami Sabino mengharapkan di masa datang IPB tetap mengirimkan mahasiswanya, mulai jenjang D-III hingga S3 untuk melakukan penelitian di bidang kehutanan berkaitan dengan pengembangan ekowisata di negara itu.

"Saya juga berharap Institut Pertanian Bogor (IPB) bersedia menerima mahasiswa baru dari Timor Leste," katanya pada seminar melalui konferensi jarak jauh antara Bogor, Jawa Barat, Indonesia dan Dili, Timor Leste, Jumat.

Seminar internasional itu diadakan aula "Direccao Nacional de Floresta" Dili untuk membahas hasil-hasil penelitian sebanyak 10 mahasiswa IPB, baik dari Republik Indonesia dan Timor Leste yang telah dilakukan selama empat bulan terakhir di Taman Nasional Nino Konis Santana, Distrik Lautem di bagian Timur, Timor Leste yang berbatasan dengan Australia.

Pada sambutan yang dibacakan Menteri Muda Bidang Pertanian dan Kehutanan Ir Marcos da Cruz, M. Agr itu, Mariano Assanami Sabino mengemukakan bahwa penelitian hasil kerja lapangan 10 orang mahasiswa Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (KSDHE) IPB itu sangat penting.

Saat ini Direktorat Nasional Kehutanan Timor Leste sangat membutuhkan data-data tersebut sebagai landasan untuk perencanaan pembangunan kehutanan di masa-masa yang akan datang.

Ia mengatakan, selama mahasiswa mengadakan kuliah kerja lapangan, di samping mengadakan pengamatan lapangan untuk mengambil data, mereka juga telah membantu Departemen Perlindungan Hutan dan Taman Nasional untuk mendisain logo taman nasional yang nantinya akan digunakan.

"Mereka telah menunjukan hasil yang sangat-sangat memuaskan. Hasil kerja lapangan ini dapat menjadi bahan dasar untuk perencanaan pembangunan Kehutanan khususnya di Timor Leste dan sekaligus sebagai bahan informasi untuk IPB guna kerja sama lebih lanjut," katanya.

Mariano Assanami Sabino menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada IPB atas kepercayaan yang telah diberikan kepada Direktorat Nasional Kehutanan Kementrian Pertanian dan Kehutanan Timor-Leste sebagai tuan rumah.

"Khusus kepada Ricky Avenzora sebagai pembimbing utama dan para mahasiswa peserta kuliah kerja lapangan, saya mengharapkan agar ke depan IPB bisa mengirimkan lagi mahasiswanya untuk melakukan penelitian di bidang kehutanan maupun `eco-tourism` di Timor Leste," katanya.

Ia menambahkan, semoga hasil yang telah diperoleh dari mahasiswa IPB itu bukan saja untuk kepentingan mahasiswa sebagai salah satu syarat kelulusan bagi mereka.

Selain itu kegiatan penelitian tersebut dapat memperkuat hubungan antara IPB dan Kementrian Pertanian dan Kehutanan Timor Leste demi kerja sama di masa datang karena hasil penelitian dari mahasiswa IPB ini sangat bernilai bagi semua pihak di kedua negara.

MEMBANGUN MUTUALISME

Sementara itu, pembimbing penelitian mahasiswa Dr Ricky Avenzora, mengatakan bahwa sebagai suatu negara yang sedang berbenah diri, maka Timor Leste sangat potensial dan penting bagi Indonesia untuk membangun suatu mutualisme yang harmonis dan bertanggung jawab dalam mengembangkan sektor pariwisata, demikian pula sebaliknya.

"Saya juga yakin bahwa bapak menteri dan Pemerintah Timor Leste beserta seluruh masyarakat Timor Leste akan setuju dengan pandangan saya bahwa berbagai ketidakoptimalan yang terjadi di Indonesia adalah dapat menjadi bahan pembelajaran bagi Timor Leste dalam membangun berbagai potensi wisata yang dimiliki," katanya.

Untuk itu, ia menggarisbawahi beberapa yakni untuk memulai suatu pembangunan pariwisata tidaklah harus terperangkap dalam debat kusir "mana yang lebih dahulu antara telur dan ayam", yang dalam konteks pariwisata selalu dipersoalkan mana yang harus lebih dahulu antara infrastruktur dan fasilitas dari pada "actual demand" yang akan dilayani.

Kemudian, membangun pariwisata adalah bukan (dan jangan pernah diorientasikan) membangun berbagai infrastruktur dan fasilitas untuk para turis yang diharapkan datang.

"Sesungguhnya, membangun pariwisata adalah membangun wilayah dan masyarakat sendiri secara unik, efisien, efektif serta mempunyai citra rasa serta harmoni yang dibutuhkan dan diharapkan oleh masyarakat kita sendiri untuk kesejahteraan dan kebahagiaan mereka," katanya.

Jika keunikan, keharmonisan serta citra rasa tersebut dapat diwujudkan dalam setiap aspek pembangunan yang ada, termasuk dalam aspek sosial budaya masyarakat, maka adalah pasti wisatawan akan datang dengan sendirinya.

Ia menegaskan bahwa ekowisata bukanlah hanya dan melulu berupa kegiatan wisata yang berkaitan dengan hutan, alam, ataupun berbagai batasan sempit lainnya.

"Ekowisata adalah mencakup segala bentuk kegiatan wisata pada berbagai ruang dan waktu serta komunitas masyarkat (baik kota atau pedesaan) yang secara objektif bisa dipertanggungjawabkan keberlanjutannya dalam segi ekonomi, ekologi dan lingkungan serta dalam segi sosial-budaya," katanya.

Untuk itu, ia menyarankan Timor Leste janganlah terperangkap dan jangan pernah membiarkan berkembangnya gagasan-gagasan ekowisata yang sempit dan bertendensi untuk membatasi kesempatan masyarakat lokal untuk bisa bersentuhan dengan perkembangan jaman dan modernitas.

Ia juga penelitian para mahasiwa itu belum pula berada dalam keoptimalan kemampuan mereka. "Dengan segala kekurangan yang mereka milki, yang tentunya akan kami dorong dan bantu untuk memperbaikinya nanti di saat mereka kembali ke Bogor," katanya.

Dua mahasiswa IPB asal Timor Leste yang terlibat dalam penelitian adalah Sergio Pereira dengan judul penelitian "Perencanaan Wisata Danau Iralalaro di Taman Nasional Nino Konis Santana", dan Higino Barros dengan penelitian "Perencanaan Wisata Budaya Berbasiskan Peninggalan Sejarah di Taman Nasional Nino Konis Santana".

Sedangkan delapan mahasiswa lainnya adalah mahasiswa tingkat akhir D-3 Ekowisata IPB dari Indonesia yang selama empat bulan melakukan penelitian di Taman Nasional Nino Konis Santana di Timor Leste .

Mereka adalah Ratna Agustine dengan judul penelitian "Perencanaan Program Ekowisata Berbasis Mamalia di Taman Nasional Nino Konis Santana", Bagus Panuntun dengan judul "Perencanaan Wisata Budaya di Taman Nasional Nino Konis Santana", Dina Sri Suprajanti dengan judul "Perencanaan Promosi Wisata melalui Media Leaflet di Taman Nasional.

Lainnya Nino Konis Santana", dan Ehsan Ilahi Zhahir dengan judul "Perencanaan Wisata Trekking di Tutuala Kawasan Taman Nasional Nino Konis Santana".

Kemudian, Listiany dengan judul penelitian "Perencanaan Desain Media Promosi Booklet Berbasis Ekologi dengan Media Fotografi di Taman Nasonal Nino Konis Santana", Rima Pratiwi Batubara dengan judul "Perencanaaan Program Wisata Berbasis Kain Tenun di Taman Nasional Nino Konis Santana.

Peneliti lain Holidusin Alfahrezi dengan judul "Perencanaan Wisata Trekking di Com Kawasan Taman Nasional Nino Konis Santana", serta Halim Perdana Kusuma dengan judul "Perencanaan Wisata Bahari Berbasis Terumbu Karang di Pulau Jaco Kawasan Taman Nasional Nino Konis Santana".(*)

(L.A035*KR-LR/R009)
COPYRIGHT © 2010 ANTARA

Sem comentários: