A LUTA CONTINUA!

Proclamação da RENETIL 20 de Junho de 1988
RESISTENCIA NACIONAL DOS ESTUDANTES DE TIMOR LESTE
Kria Sociedade nebe kritika, civika no soberana Formasaun Cidadania Hametin instituisaun estadu Kontrola no promove desenvolvimentu social

20 Junho 1988
Fundadores
Kongreso
Historia Congresso Estrutura Document
Hilmar Farid
“Renetil bagi saya bukan sekedar organisai, tapi dia adalah sebuah komitment, dia adalah sebuah senar" - HILMAR FARID (Gerakan Solidaritas untuk Timor).
Fernando La Sama
"prepara elementus profisionais ho konsiensia revolusionaria para rekonstrusaun nasional. Revolusionario ho sentidu katak anti korupsaun, anti nepotismo, anti buat ida dehan katak KKN, servi lolos povu tuir saida mak povu nia hakarak" (AMRT - Arquivo & Museu da Resistência Timorense)
Fernando Lasama Miguel Manetelu Jose Neves Samalarua Francisco JMB Belo

terça-feira, 8 de março de 2011

INTERNATIONAL WOMEN'S DAY 2011

Keep your dreams BIG... and your aspirations HIGH..!!!

  • ) RENETIL hahi'i loron espesial ba feto sira hotu iha mundu. Ba biban ida ne'e RENETIL fo homenagem simbolika, liu-liu, ba Inan feton timor oan sira. Iha foto (hare iha leten, slideshow) leno feto sira nia prezensa no partisipasaun iha "fatin" hothotu, husi otas ki'ik, foin-sae no to'o ferik sira. Haksolok no parabens! La'o-ba, neneik maibe nafatin ba oin!
(R)

segunda-feira, 7 de março de 2011

Lasama; dari aktivis jalanan, tumbuh menjadi seorang negarawan

Oleh: Filipus Pereira*

Tulisan ini tidak bermaksud untuk membentuk pencitraan, memfigurkan atau mengkultuskan seseorang, khususnya Lasama, tetapi lebih berorientasi pada sepak terjang pemikiran beliau sebagai seorang anak bangsa Timor-Leste yang dilahirkan dari sebuah kancah peperangan dengan membangun gerakan perlawanan hingga muncul menjadi sosok pemimpin yang memiliki orisinalitas pemikiran dalam membangun lahirnya demokratisasi di negara ini.

Menjadi seorang pemimpin bukanlah sesuatu yang mudah. Banyak pemimpin yang dilahirkan dan dibesarkan melalui sebuah proses guna menjawab tuntutan zaman. Tentunya kita pernah mendengar ada pemimpin yang dilahirkan dengan memiliki Kharisma spiritualitas semacam Nabi Musa hingga ke Tuhan Yesus Kristus sebagai anak manusia, pemimpin dengan kharisma politik dan peperangan semacam George Washington, Napoleon Bonaparte, Mahatma Gandhi, Sukarno, Hitler, Mandela dan lain sebagainya, adalah contoh dari pemimpin yang lahir dan dibesarkan oleh zamannya sendiri.

Sama halnya dengan kebesaran pemimpin dibelahan dunia lainnya, Timor-Leste pun memiliki catatan tersendiri dalam melahirkan pemimpin-pemimpin yang memiliki kualitas dalam seni memimpin yang tidak kalah hebatnya. Sebut saja Dom Boaventura Raja Manufahi yang gagah berani melakukan perlawanan atas pendudukan Portugis di Timor-Leste, dan pemimpin lainnya pada era tahun 1975 semacam Francisco Xavier, Nicolau Lobato, Jose Ramos Horta, Marii Alkatiri serta pemimpin paling kharismatik dalam sejarah perjuangan bangsa maubere lepas dari Indonesia Kayrala Xanana. Sejarah kemerdekaan Timor-Leste pun tidak menutup mata lahirnya tokoh rohaniwan seperti Dom Martinho Lopes dan Dom Carlos Ximenes yang turut pula memberikan kontribusi yang besar bagi kemerdekaan.

Sejarah pun mencatat bagaimana keterlibatan generasi muda dalam proses pembebasan bangsa. Kita membayangkan anatomi tubuh manusia, maka kepala/otak adalah CNRM-CNRT, jantungnya FALINTIL dan Pemuda Timor-Leste merupakan kaki tangannya. Singkat kata kita katakan bahwa gerakan yang dibangun oleh pemuda merupakan wujud konkretisasi perintah dari COMANDO DA LUTA, yang pada akhirnya para pemuda ini membangun wadah/organisasi untuk dapat mengkonsolidasikan perjuangan dan melebarkan sayap/jaringan hingga ke luar Timor-Leste. Misalnya di Timor-Leste ada OJETIL, OPJELATIL, FITUN, SAGRADA FAMILIA, sementara di luar (Indonesia) para pemuda mendirikan RENETIL. Organisasi-organisasi ini secara jelas memposisikan dirinya sebagai wadah perlawanan generasi muda Timor-Leste pada saat itu. Dari perspektif ini, jelaslah bahwa peran pemuda sangat sentral dalam membangun gerakan perlawanan. Mulai dari cara-cara pengorganisasian, mobilisasi dan mengkampanyekan isu-isu Timor-Leste serta membuka jaringan adalah merupakan langkah-langkah yang dilakukan untuk menarik simpati dunia, meskipun nyawa menjadi taruhannya.

Pemuda memang menemukan momen yang tepat dalam membangun organisasi perlawanan. Hal ini terlihat dari bagaimana pemuda pada waktu itu membangun gerakan yang bermula dari gerakan bawah tanah (klandestina) hingga pada perlawanan-perlawanan terbuka. Perjuangan dari generasi muda ini mencapai titik kulminasinya pada Insiden 12 November 1991.

Dari insiden ini, bisa kita gambarkan heroisme para pemuda yang menggelar demonstrasi terbuka menentang pendudukan Indonesia. Bersatu padunya pemuda pada masa itu, menggambarkan semangat nasionalisme dan patriotisme yang tinggi.

Pemuda Lasama; Politik Jalanan dan Penjara

Jika kita sedikit membuka catatan gerakan perlawanan mahasiswa Timor-Leste di Indonesia, maka dalam catatan itu akan ada sebuah nama yaitu Fernando de Araújo atau lebih dikenal melalui nama LASAMA. Ia merupakan seorang mahasiswa biasa pada salah satu perguruan tinggi di Denpasar, Bali. Lasama adalah salah satu dari sekian ribu mahasiswa Timor-Leste yang menempuh studi di Indonesia.

Sebagai seorang mahasiswa, tentunya focus utama adalah belajar guna meraih gelar kesarjanaan. Demikian pula Lasama, sebagai anak seorang petani, ia pun berharap dapat menyelesaikan pendidikan guna membanggakan kedua orang tuanya. Namun nasib berkata lain, Lasama dengan beberapa kawan mahasiswanya menyibukkan diri dalam wadah gerakan bawah tanah (klandestin) mahasiswa Timor-Leste melalui organisasi RENETIL (Resistençia Nacional dos Estudantes de Timor-Leste), dimana ia sendiri sebagai pendiri sekaligus menjabat sebagai Sekretaris Jenderal (SEKJEN) pertama (Sekjen kedua Miguel “Sulis” Manetelu, Sekjen ketiga Jose “Samalarua” Neves).

Gerakan Renetil yang dibangun Lasama ini mulai menyebar ke berbagai daerah semacam Malang, Jember, Kediri, Surabaya, Madiun, Bandung dan Jakarta. Lasama menunjukan eksistensinya sebagai seorang pemimpin, dengan merangkul semua elemen mahasiswa Timor-Leste yang memiliki latar belakang social, ekonomi dan politik yang berbeda-beda. Organisasi Renetil yang ia bangun begitu kuat karena ditopang oleh SUMPAH DARAH atas nama Tuhan, bendera dan tulang belulang rakyat MAUBERE yang berjuang mempertaruhkan nyawanya bagi kemerdekaan.

Kegigihannya dalam perjuangan kemerdekaan serta membela mahasiswa Timor-Leste lainnya begitu kental. Terbukti ia mengorganisir sebuah demonstrasi besar pertama yang dilakukan oleh mahasiswa Timor-Leste di Jakarta, Indonesia pasca tragedi Santa Cruz 12 November 1991, tepatnya pada 19 November 1991. Lasama dan beberapa mahasiswa lainnya ditangkap dan dipenjarakan. Akhirnya pengadilan Indonesia menyatakan Lasama bersalah dan harus mendekam dipenjara selama 10 tahun, sementara mahasiswa Timor-Leste lainnya dibebaskan. Lasama dipenjarakan di LP Cipinang Jakarta, bersama dengan pemimpin karismatik Kayrala Xanana. Disini jelas terlihat bagaimana Lasama menunjukan kebesaran hatinya sebagai seorang pemimpin yang bertanggung jawab. Ia hanya mengatakan; "hau sei entrega hau nia ann ba libertasaun rai ida ne’e".

Dengan kebesaran jiwa ini, Lasama menunjukan sikap pengorbanan diri, ia menanggung semua resiko tanpa harus mengorbankan orang lain. Demi membela kawan-kawan mahasiswa, Lasama harus menyerahkan dirinya. Tak ada jalan lain baginya, kecuali tanah air atau mati, sesuai dengan ikrar Renetil: lebih baik kehilangan gelar daripada kehilangan tanah air (antes sem titulo do que sem patria). Lasama harus mendekam dipenjara, kehilangan gelar dan kehilangan masa depan, namun demikian bara api perjuangan tetap ia kobarkan meskipun berada dibalik jeruji.

Pasca tertangkapnya Lasama, gerakan bawah tanah tetap berjalan. Kontak-kontak dengan jaringan pro demokrasi Indonesia tetap dilakukan guna mendapatkan dukungan. Intensitas aksi menentang pemerintah Jakarta pada waktu itu semakin ditingkatkan. Aksi jalanan tidak hanya dilakukan di Jakarta, tetapi mulai digerakan ditingkat daerah seperti di Malang, Yogyakarta, Semarang dan Surabaya. Dari sudut ini bisa kita lihat bagaimana luasnya jaringan yang dibangun Lasama melalui pengurus Renetil di setiap UNER.

Puncak dari gerakan perlawanan mahasiswa Timor-Leste di Indonesia adalah pada saat dilakukannya demonstrasi besar yang melibatkan lebih dari 1.700 mahasiswa pada 12 Juni 1998 yang menuntut referendum. Aksi ini berlangsung di Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Melalui aksi ini pula Renetil dan IMPETTU mulai melakukan gerakan mobilisasi besar-besaran pemulangan semua mahasiswa kembali ke Timor-Leste. Aksi mahasiswa Timor-Leste di Jakarta ini disambut dengan demonstrasi yang diorganisir oleh mahasiswa Timor-Leste di Dili. Demonstrasi ini menjadi pukulan telak bagi pemerintah Jakarta, apalagi aksi ini diorganisir oleh mahasiswa sendiri.

Lasama dan Sikap Politiknya

Berkecimpung dalam dunia politik sudah menjadi makanan harian buat seorang Lasama. Bagi Lasama dunia politik merupakan wujud lain sebagai wadah untuk mengabdikan diri kepada nusa dan bangsa. Terjunnya Lasama dalam dunia politik merupakan sebuah komitmen dan keputusan besar yang dibuatnya, mengingat dari dunia politik ini pula yang mengantarkan beliau “menikmati” dunia penjara saat berjuang dulu.

Sebagai orang yang berlatar-belakang pendidikan politik Fretilin, Lasama mendeklarasikan Renetil yang penuh dengan nuansa Fretilin. Konsep "LIBERTAÇÃO TOTAL E COMPLETA" yang digusung oleh Renetil memang terinspirasi dari Fretilin sebagai sebuah front revolusioner. Dengan sikap politiknya ini, sekali lagi Lasama menunjukkan kaliber dirinya sebagai seorang tokoh muda gerakan kemerdekaan yang mampu merangkul semua golongan pemuda dan mahasiswa Timor-Leste yang belajar di Indonesia.

Melalui strategi menasionalkan persoalan Timor-Leste di Indonesia sekaligus menginternasional persoalan ini ke dunia luas, Lasama dengan kekuatan Renetil membangun gerakan perlawanan atas rejim Soeharto bersama dengan kekuatan pro-demokrasi Indonesia. Dan melalui gerakan di Indonesia pula, dunia internasionalpun melihat betapa kelompok calon-calon intelektualpun berkeinginan untuk mewujudkan sebuah Timor-Leste yang merdeka. Sikap ini secara jelas menunjukan bahwa Lasama merupakan seorang pemimpin yang visioner dan pragmatis, meskipun berada dimulut harimau, ia tetap memainkan strategi politik yang brilian.

Kini pada era kemerdekaan, Lasama bisa berpolitik secara lebih leluasa.

Ia dipercayakan memimpin sebuah partai yang bernama Partido Democrático. Bagi Lasama, PD merepresentasikan “darah baru” atau orang-orang muda. PD merupakan sebuah partai baru yang dibentuk bulan Juni tahun 2001 pasca dibubarkannya CNRT. Partai ini berisikan orang-orang yang memiliki visi yang jelas bagi kemerdekaan Timor-Leste.

Tokoh-tokoh veteran perang semacam Ernesto “Dudu”, Paulo Assis, Eteuco, Alm.Fitun, Maubere, Duarte Viana, Buras, Metamali, Constancio “Terus” Pinto, Lucas “Ramametan” da Costa, dan lain-lainnya merupakan pendukung utama kuatnya PD sebagai kekuatan baru. Selain dari tokoh veteran, PD pun didukung oleh tokoh muda semacam Mariano “Assanami”, Francisco “Borlaco”, Adriano Nascimento, Antonio Conceicao, dan lain-lain.

Di bawah komando Lasama, PD mampu menjadi partai “kuda hitam” yang diincar oleh partai besar lainnya. Dari sudut pandang ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa Lasama telah membawa perubahan bagi tumbuhnya proses demokratisasi di Timor-Leste. Dengan sikapnya yang akomodatif dan selalu berpihak pada kebenaran dalam tindakan politiknya, Lasama dan kendaraan politiknya telah menjadi sandaran aspirasi generasi muda yang menginginkan adanya perubahan dalam konfigurasi politik di Timor-Leste.

Lahirnya Negarawan Muda

Munculnya berbagai macam partai politik di Timor-Leste, memang membawa angin segar dalam menyemarakan demokrasi. Partai politik bukan hanya sebagai kendaraan politik untuk mencapai kekuasaan, tetapi lebih dari pada itu, partai politik harus menjadi wadah pendidikan politik bagi pengikutnya. Oleh karena itu, sebagai seorang pemimpin partai, Lasama selalu mengedepankan penting memberikan pencerahan politik kepada kader partainya.

Melalui pembawaannya yang low profile dalam balutan kesederhanaan serta selalu berpolitik atas dasar CINTA.."PD hakarak halo politiku ho domin"..ini merupakan kalimat yang selalu Lasama ucapkan dalam setiap sambutan politiknya di berbagai kesempatan. Hal ini merupakan cerminan dari keprihatinan Lasama mengingat Timor-Leste penuh dengan kekerasan baik dalam keseharian kehidupan warganya maupun dalam percaturan politiknya. Untuk itu Lasama selalu menyampaikan pesan-pesan perdamaian sebagai syarat utama bagi orang Timor-Leste (Timor-oan) untuk tumbuh dan berkembang serta memiliki kebanggaan dan kecintaan atas tanah airnya.

Sikap kecintaannya pada tanah air dan kedewasaanya dalam berpolitik tidak hanya ia buktikan dengan kata-kata, tetapi pula diwujudkan dalam tindakannya. Sikap ini terbukti ketika ia terpilih menjadi Presiden Parlamen Nasional, yang ia tunjukan dalam seni memimpinnya. Presiden Parlamen Lasama dalam memimpin sidang selalu akomodatif, mendengarkan dan memberikan solusi yang dapat diterima oleh semua fraksi di parlamen. Ia selalu menempatkan dirinya sebagai figur sentral yang disegani baik oleh fraksi pendukung pemerintah maupun yang oposisi dalam membela kepentingan rakyat.

Kepemimpinan Lasama kembali diuji pasca peristiwa penembakan Presiden Republik pada 11 Februari 2008. Saat itu ia di serahi tugas untuk memimpin RDTL. Lasama menjadi Presiden Republik interim selama 3 bulan lebih. Dalam kurun waktu yang singkat ini, Lasama diberi tugas yang berat yaitu mengendalikan stabilitas dan keamanan negara. Presiden Republik Interim Lasama dihadapkan pada pilihan yang sulit, antara rasa kemanusian dan tugas kenegaraan, ketika harus menangkap kelompok Gastao Salsinha.

Dalam situasi yang sulit ini, Lasama lebih memilih mematikan perasaan kemanusiannya, dan menomorsatukan kepentingan negara dengan memutuskan adanya operação conjunta antara PNTL dan F-FDTL. Operasi penangkapan Gastao Salsinha Cs ini dilakukan di distrik Ermera yang mana menjadi basis PD. Tetapi apa mau dikata, keputusan harus tetap diambil demi kepentingan negara, meskipun mengorbankan diri sendiri. Bagi Lasama ini merupakan pilihan yang berat. Tapi toh, tugas ini dapat ia selesaikan.

Sebelum dan sesudah memutuskan operasi bersama ini, Lasama mengunjungi berbagai distrik dalam rangka menjelaskan dan menyakinkan tujuan dari operasi ini. Pada akhirnya rakyat bisa menerima dan membantu melancarkan operasi ini. Sikap mendahulukan rakyat menjadi pegangan hidup bagi Lasama, mengingat rakyat adalah pemilik sah dari kedaulatan bangsa yang dititipkan lewat pemimpin-pemimpinya.

Luasnya cara pandang Lasama dengan sikapnya yang akomodatif, korporatif dan santun dalam menyampaikan bahasa politik, menjadikannya sebagai seorang negarawan yang menjadi milik seluruh rakyat Timor-Leste. Lasama tidak lagi menjadi milik PD, tetapi ia ditakdirkan sebagai salah satu dari sekian ribu generasi muda Timor-Leste yang bisa tampil sejajar dengan generasi terdahulunya seperti Kayrala Xanana, Ramos Horta dan Mari’i Alkatiri. Lasama adalah pribadi yang unik, yang tumbuh dalam penderitaan, dan dibesarkan oleh rakyat Timor-Leste.***(HAPPY BIRTHDAY COMPANHERO)!

* Mantan aktivis gerakan perlawanan mahasiswa Timor-Leste
dan artikel diambil dari Harian Timor Post edisi Sabto (26/02/2011)!

quarta-feira, 2 de março de 2011

Xanana, Leao ho Leu (Bote)

Xanana, Leao ho Leu (Bote)

* By Ilidio Ximenes da Costa

Iha tempo resistensia too agora dau-daun ne’e, naran Xanana sei boot iha rai laran no rai liur. Naran boot tamba ukun nain/lider ba resistensia kontra invasaun Indonesia, naran boot tamba halibur ema e partidu e organisasaun houtu iha CNRT iha tempo resistensia, naran boot tamba sai hanesan presidente da repulika Timor-Leste, naran boot tamba sai hikas fila fali presidente ba partidu CNRT no naran boot tamba primeiro ministro actual ba periode ne’e. Buat sira houto tamba hahu husi prinsipio no istoria ida. Prinsipio mak libertasaun patria no libertasaun povo nebe koalia ou konta husi ibun ba ibun ho hakerek hela iha suratahan e livro husi autor resistensia sira nebe sei esiste hodi sai historia ba gerasaun foun. Wainhira autor resistensia sira la iha ona, geresaun foun mos sei la hatene nia istoria resistansia nebe mos sei bele afeta ba nasionalismo no patriotismo gerasaun foun. Istoria e istoria no istoria tenki transmite ba ema seluk no istoria tenki haktuir lolos.

Maski, ema barak dehan tempo seidauk to’o, tempo seidauk iha atu hakerek, maibe tempo sempre ba oin nafatin, tempo lao nafatin, atu diak liu ita bele hahu ho buat kiik nebe laos hodi hakerek deit, maibe hatudu e hadia fatin sira iha resistensia mak iha ba gerasun foun e nune sira bele iha kuinesemento oiton hodi bele buka rasik hodi hatene oitoan. Iha ne’e hakerek nain focus liu ba fatin historiku no author istoria resistensia hodi bele desenvolve ba area turismo nian.

Uluk liu, hakerek nain rona husi ema konta katak base resistensia hahu moris fali iha Mehara, los e lae? horas ne’e sai perguntas boot ida nebe persisa resposta ou esplikasaun klara husi autor sira hahu hato’o ba gerasaun foun. Nune mos, harekek nain rona istoria ida katak Xanana tuur tama iha “Leu” (Fataluku lian) ou Bote (Tetun) laran no iha leten taka ho fahi nia ai han. Hakerek nain interesado ho istoria ne’e atu hetan autor no hatene. Husi plano ba plano no visita ba visita iha rai ne’e la hetan. Ikus mai, iha viagen ida iha loron 17 fulan Junho 2008, hakerek nain hakat liu ba tan iha rai Mehara hodi buka hatene no hetan duni ema nebe tutur Xanana iha “Leu” / Bote laran.

Ema ne’e mak Ricardo da Conceicao ho naran kodiku resistensia mak “LEAO”, horas ne’e nia ho idade 75 anos, nia katuas ona. Nia ema resistensia iha rede cladestina hanesan estafeta. Atu hetan autor ne’e lori tempo naruk; husu husi uma ba uma, husu ba ema katuas/fereik sira no joven sira. Resposta nebe hetan mak barak liu mak katuas e ferik sira hatene no joven sira barak la hatene. Ne’e hatudu katak istoria resistensia seidauk hatoo ou hanorin mos iha eskola karik.

Hahu husi ne’e, ami dada lia husi tuku 1 loraik too tuku 5 lokraik. Tio Leao hahu kontak istoria;

“hau hetan orden husi membro resistensia ida (la fo hatene naran) atu hakliki maun bot Xanana husi fatin Cewai iha Com lori too ba iha Mehara”. Tuir dalan iha fatin Serelau, militar sira husu nia, ba nebe no lori saida? Tio Leao hatan dehan, ”hau lori fahi nia hahan, no atu ba iha Mehara”, nia kontinua lao too ba iha fatin maski “Leu” ne’e todan tebes. Xanana hela ho nia durante semana ida, haktuir Tio Leao. Tio Leao haktuir tenik katak "maun boot Xanana ain kanek boot, nebe labele lao". Oinsa halo tratamento ba maun boot Xanana nia ain? Tio Leao dehan, “hau ba simu aimoruk iha PUSKESMAS/clinika hafoin fo aimoruk kapsul ba nia. Depois de Ain diak oitoan hau entrega fali maun boot Xanana ba senhor Orlando Jose Maria ho naran kodeku Mau Welis (matebian ona) nebe mate iha 1985”. Leu ne’e sei iha ka? Tio Leao dehan "la iha ona". Karik sei iha rohan oan ruma husi Leu ne’e e nakles mos la iha buat ida? “Lae oan, at no soe tiha ona iha uluk kedas”. Ita lakon tan sasan autentik ida.

Durante muda sai tiha husi uma, Xanana sira ba subar fali fatuk kuak naran Lu Curu (Gua Tupai ou laku fatin), husi fatin ne’e mak maun boot Xanana hasoru malu ho Mau Weles, Julio Ferreira ho kodiku Holinacha, Quinalaka no Raja Miguel (matebian ona), Dom Martinho da Costa (matebian ona), Padre Luis (matebian ona) no Padre Afonso Nacher (matebian ona). Sira nia hasoru malu hodi koalia no halo plano no estragia ba resistensia ba libertasaun patria/ukun an. Tebes ka? Persisa resposta husi autores resistensia sira nebe sei moris ba istoria ne’e.

“Lu Curu” fatin ida mak historiku no fatin ida mak bele atrai turista antes halo sira nia viagen ba Tutuala e Jaco, wainhira desenvolve diak fatin ne’e. Isemplo ida mak iha Indonesia “Gua Selarong” subar fatin Diponegoro” nebe sai fatin turista no fatin ba estudantes sira hodi haree no hatene sira nia istoria.

Oinsa atu desenvolve fatin ne’e? Tuir hakerek nain nia hanoin; halo konsulta ho autor no autoridade local sira no komunidade, hafoin halo monumento no hatuur fila fali “LEU” ou BOTE imitasi ida no mos rai dokumentus hanesan fotografia, e halo pinturas ou estatua balu no seluk tan atu bele representa ou relembra fila resistencia iha pasado ba gerasaun foun. Depois ida ne’e, fo ba veteranus, juventude no suco hodi tau matan no halo retribuisaun/kontribuisaun kiik ba visitors sira wainhira sira hakarak tama ba iha “LU CURU” laran.

Benefisio saida mak sei hetan husi LU CURU? Ida, gerasaun foin hatene e rona ho hare fatin istoria resistensia liu husi autor resistensia nebe sei moris, la os trasmiti ou hakerek fali husi ema seluk enkuanto sira sei moris (hanesan Tio Leao, maun boot Xanana); rua, fo rendimento kiik ba empresario ou faan nain kiik sira hanesan: kios, loja, losmen, restaurante, ema nebe faan tais, uma adat e souvenir, ojek, duru basa ou (guide); tolu, hamenus desenprego, bele hamosu kreatividades ba komunidade hodi haburas fila fali valores-valores kulturais sira seluk hanesan: tebe-tebe, dahur, no seluk tan nebe bele atrai ema rai liur no rai laran kona ba promosaun kultura; hat, hametin relasaun fraternidade entre joven husi rai (suku, distrito) ida ba rai (suku, distrito) seluk.

Wainhira hanoin ba buat boot deit nebe ema boot e riku deit mak hetan beneficio hanesan mos fo bosu e hariku ema boot no hamate ou hasusar ba ema kiik sira. Iha matenek nain balu iha perspetiva ida katak ita halo buat ida atu ema liur atu mai haree no ita tenki kria ou hadia infrastruktura uluk. Ba hakerek nain hanoin ida ne’e hanoin e ideia ida mak boot liu ou ambisiosu liu tamba fo importansia liu ba ema rai liur no hatuur ema iha rai laran ba iha segundu prioridades no preokupado liu ho sasan infrstruktura e fisik. Hahu husi kiik hodi mosu kompetisaun nebe diak iha kumunidade nia laran do que fo buat houtu-houtu ou kria buat houtu-houtu hodi hamosu deit dependensia.

Tuir hakerek nain nia hanoin, diak liu ita hahu ho plano e hanoin kiik hanesan hau identifika fatin (historiku, culturais) no hakerek, rehabilita ou desenvolve no halo promosaun dau-daun hodi hatoo hikas ona ba gerasaun e komunidade tomak iha rai laran atu sira hatene uluk liu husi programa ida mak hanesan studi visit (lori estudante ba haree, rona no hakerek) ba estudantes sira hahu husi Pre Primaria too ba iha universidade no komplementa ho programa sira seluk.

Hakerek ida halao hamutuk ho maluk Octavio Ximenes Lopes hanesan duru basa (Fataluku Lian), no Brigida Soares hanesan editor. Ami rekuinese katak hakerek ida sei dauk perfeito no sei buka tan atu hetan informasaun klean liu husi ema barak no liu-liu husi autores resistensia sira, importante mak hahu halo promosaun hodi bele hanoin saida mak bele halo iha oin mai atu rai ida ne’e furak, morin no ema hela iha harmonia nia laran.

* Militante RENETIL
http://renetil.blogspot.com